TEORI-TEORI TERBENTUKNYA TATA SURYA


1.      Teori Kabut atau teori Nebula
Immanuel Kant, seorang filsafat jerman membuat suatu hipotesis tentang terjadinya tata surya. Ia mengatakan bahwa dijagat raya mula-mula tredapat gumpalan kabut atau nebula yang berputar perlahan – lahan. Oleh karena perputarannya sangat lambat, nebula mulai menyusut sehingga membentuk sebuah cakram datar ditengah-tengahnya. Penyusutan berlanjut dan membentuk matahari dipusat cakram. Penyusutan mengakibatkan cakram berputan dengan cepat sehingga bagian tepi cakram terlepas membentuka gelang-gelang bahan , yang kemudian memedat mendaji planet-planet yang berevolusi dalam orbit hampir melingkar mengitari matahari.
Pada waktu yang hampir bersamaan, seorang ahkli fisika Prancis, Pierre Simon de Laplace mengemukakan teori yang hampir sama. Ia megatakan bahwa tata surya berasal dari kabut panas yang berpilin. Pilinan tersebut berupa gumpalan kabut yang membentuk bulatan seperti bola besar. Semakin kecil bola itu, pilinannya semakin cepat sehingga bentuk bola itu menepat pada kutubnya dan melebar dibagian ekuatornya. Kemudian sebagian massa gas diekuatornya itu menjauh dari gumpalan intinya membentuk gelang-gelang yang akhirnya berubah menjadi gumpalan padat. Gumpalan padat itulah yang menjadi planet dan satelitnya sedangkan bagian inti kabut tetap brebentuk yang berpijar yang disebut dnegan matahari.
Teori nebula sukses menjelaskan tata surya datar, yaitu orbit elips planet-planet mengitari Matahari hampir datar. Teori nebula juga sukses menjelaskan mengapa planet-planet berevolusi dalam arah yang sama.
SANGGAHAN TERHADAP TEORI NEBULA
Seratus tahun kemudian, ahli fisika terkenal Inggris, James Clark Maxwell dan Sir James Jeans menunjukkan bahwa massa bahan dalam gelang-gelang tidak cukupuntuk menghasilkan gravitasi sehingga memadat menjadi planet-planet.
Sanggahan tarakhir disampaikan pada penghujung abad ke19 oleh astronom F.R> Moultondan chicago yang menyatakan bahwa teori Nebula melanggar syarat 4 yaitu yang memiliki momentum sudut paling besar haruslah planet-planet, bukan Matahari. Dengan teori Nebula maka matahari yang memiliki massa terbesar akan memiliki momentum sudut yang paling besar.
2.      Teori Planetesimal
Thomas C . Chamberlin seorang ahli geologi dan Forest R Moulton seorang ahli astronomi mengemukakan teori yang dikenal dengan teori planetesimal yang berarti planet kecil. Teori ini menyatakan bahwa matahari telah ada sebagai salah satu dari bintang. Suatu saat matahari berpapasan dengan sebuah bintang dengan jarak yang tidak terlalu jauh shingga terjadi peristiwa pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang itu, serta bagian dari massa matahari tertarik kearah bintang. Pada waktu bintang tersebut menjauh, sebagian dari massa matahari jatuh kembali ke permukaan mathari dan sebagian lagi terhambur keluar angkasa disekitar matahari. Hal inilah yang dinamakan planetesimal yang kemudian menjadi planet-planet yang beredar mengelilingi orbitnya.


SANGGAHAN TERHADAP TEORI PLANETESIMAL
Menurut para astronom, kebanyakan bahan-bahan yang dihamburkan dari matahari berasal dari bagian Matahari yang bersuhu sangat panas ( sampai 1.000.000 derajat C). Karena suhu yang tinggi ini, maka gas-gas yang dihambur dari Matahari akan dipancarkan ke seluruh angkasa dengan ledakan hebat, dan bukan memadat menjadi planet-planet seperti yang dinyatakan oleh teori planetesimal.
3.      Teori bintang kembar
Menurut teori ini, matahari mungkin merupakan bintang kembar. Kemudian bintang yang satu meledak menjadi kepingan-kepingan. Akibat pengaruh gaya gravitasi bintang lainnya maka kepingan-kepingan ini bergerak mengitari bintang-bingtang itu dan menjadi planet-planet. Bintang yang tidak meladak tetap sebagai bintang yang sekarang disebut dengan matahari.
4.      Teori proto planet
Pada tahun 1940 seorang astronomi jerman bernama Carl Von Weiszzacker mengembangkan suatu teori yang dikenal dengan teori awan debu. Pada daarnya teori ini mengemukakan bahwa tata surya itu terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Lebih dari 5000 juta tahun yang lalu, salah satu gumpalan awan itu mengalami pemampatan sehingga partikel-partikel debu tertarik ke bagian pusat wan itu membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin. Lama kelamaan gumpalan gas itu menjadi pipih seperti cakram yang tebal dibagian tengah dan lebih tipis dibagian tepinya. Bagian tengah cakram gas itu berpilin lebih lambat dari bagian tepinya. Oleh karena itu partikel-partikel dibagian tengah cakram itu saling menekan timbullah panas dan pijar. Bagian inilah yang menjadi matahari.
Bagian yang lebih luar, berputar sangat cepat sehingga terpecah-pecah menjadi banyak gumpalan gas dan debu yang lebih kecil yang juga turut berpilin. Bagian inilah yang kemudian membeku dan menjadi planet-planet serta satelit-satelitnya. Bahan planet itu dinamakan pula proto planet.
Bagian tepi (bagian yang lebih luar) berotasi sangat cepat, sehingga terpecaah-pecah menjadi banyak gumpalan gas dan debu yang lebih kecil. Gumpalan kecil ini (proto planet) juga berotasi, akhirnya membeku menjadi planet-planet serta satelit-satelitnya.
Jika teori proto planet ini merupakan gambaran yang secara tepat melukiskan asal-usul tata surya, maka dapat dipercaya jika kita katakan bahwa ada banyak tata surya lain di alam semesta ini, dan kemungkinan beberapa di antaranya memiliki planet yang sifatnya mirip dengan planet kita.

Bookmark the permalink. RSS feed for this post.

Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.

About

Assalamu'alaikum Ahlan Wa Sahlan Bihudzuurikum Salam hangat saling menyapa dan berbagi untuk membangun negeri . . . .

Search

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.