Almanak  Masjid Menara Kudus yang selama ini menjadi patokan bagi warga Kudus  menetapkan awal Ramadan akan jatuh pada Senin, 1 September mendatang.  Penetapan awal Ramadan  kali ini diperkirakan tidak akan terjadi  perbedaan antarwarga sebagaimana tahun-tahun lalu. Ketua  Yayasan Menara dan Masjid Menara Sunan Kudus, EM Nadjib Hasan  menyatakan tidak akan terjadinya perbedaan dalam awal Ramadan kali ini  karena ijtima menjelang masuknya bulan Ramadan terjadi pada hari Minggu (31/8) pukul 02.59 WIB dinihari. Dengan jeda waktu sekian jam tersebut dari awal permulaan hari tersebut, kemungkinan terjadinya khilafiyah (perbedaan) dalam penentuan awal Ramadan sangat kecil.   
Sehingga, dapat dipastikan jika awal Ramadan nanti akan bersamaan. ”Pada saat itu ketinggian hilal  (bulan) pada 5 derajat 37,9 dalam pandangan mata di Jateng. Hilal  berada pada posisi 4 derajat 01,64 sebelah utara titik barat atau 4  derajat 23,87 sebelah selatan matahari terbenam dalam keadaan miring  selatan,” ungkap Nadjib. 
Dikatakan, pada saat itu, nurul hilal 0,54 inchi, dan lamanya berada di atas ufuk Jateng 27 menit hingga pukul 18.06 WIB.
Menurut Nadjib, dengan perhitungan ini, seluruh metode penentuan awal bulan baik melalui metode hisab (perhitungan) maupun rukyat (melihat langsung) akan menentukan awal Ramadan secara bersamaan. 
Lebaran beda
Menurut  Nadjib, perbedaan justru kemungkinan bisa terjadi pada penentuan 1  Syawal atau Hari Raya Idul Fitri. Pada saat itu, ijtima menjelang  masuknya bulan Syawal terjadi pada hari Senin 29 September 2008 pukul  15.13. dan pada saat ghurub (terbenamnya matahari) posisi bulan sudah  berada di atas ufuk minus 1 derajat 12. "Dengan keberadaan hilal masih  di bawah ufuk, maka Ramadan digenapkan menjadi 30 hari," paparnya.
Kemungkinan  terjadinya perbedaan penentuan 1 Syawal bisa terjadi, karena pada  metode hisab yang lain terjadi perbedaan tentang penghitungan kedudukan  hilal. Selisih perhitungan dalam beberapa metode bisa sampai 2 derajat.  "Misalkan kalau qad"i menunjukkan 2 derajat, taqribi bisa mencapai 5  derajat, meskipun penentuannya juga berdasarkan rukyat. Jadi hanya  perbedaan metode saja. Dan hal tersebut wajar," paparnya.
Almanak  Menara Kudus sendiri disusun ulama Ilmu Falak Kudus, alm KH Turaichan  Badri. KH Turaikhan memakai hisab qad"i yang perhitungannya berdasar  sistem logaritma. Dalam penyusunannya, dia menggabungkan beberapa teori,  seperti Maflaqul Said, Badiatul Mitsal, dan Khulasatul Wafiyah.  Perhitungan itu umumnya dipakai oleh Nahdlatul Ulama.
Penyusunan  almanak menara saat ini diteruskan putra bungsu KH Turaichan, KH Sirril  Wafa dan masih terus dipakai karena keakuratannya. Selain hisab qad"i,  beberapa golongan juga seperti Muhammadiyah menggunakan hisab taqlibi  yang menentukan kedatangan awal puasa dan Lebaran dengan tabel.