cara mengukur arah kiblat

ada sedikit ilmu tentang cara mengetahui arah kiblat:

menurutImam Syafi’i: Apabila seseorang telah berijtihad dan menjalankan shalat ke arah hasil ijtihadnya sampai selesai. Kemudian setelah shalat dia tahu bahwa arah kiblatnya itu salah dengan yakin, maka shalatnya batal dan wajib mengulangi. Kecuali dia zan (ragu) apakah arah kiblatnya tadi salah atau benar, maka shalatnya tetap sah.

Karena setiap titik (tempat) di permukaan bumi ini berada di permukaan bola Bumi, maka perhitungan arah Kiblat dilakukan dengan Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri). Agar supaya hasil perhitungan seakurat dan seteliti mungkin, maka diperlukan alat bantu mesin hitung atau kalkulator.
Untuk perhitungan arah Kiblat yang harus diketahui terlebih dahulu ada 3 (tiga) data; yaitu:
1. Lintang dan Bujur Ka’bah
2. Lintang dan Bujur Tempat yang mau diukur arah Kiblatnya
3. Selisih Bujur Ka’bah dan Bujur Tempat yang mau diukur arah Kiblatnya (C)
Adapun rumus Arah Kiblat sebagai berikut:
tan -1 = cos φ x tan 21 25' : sin C – Sin φ : tan C
Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah cara operasional rumus tersebut:
1. Ka’bah ==> Lintang ( φ ) = 21 25' LU
==> Bujur (  ) = 39 50' BT
2. Lamongan ==> Lintang ( φ ) = -07 08' LS
==> Bujur (  ) = 112 25' BT
3. Selisih Bujur (C) ==> C = Bujur Daerah – Bujur Ka’bah
C = 112 25' - 39 50' = 72 35' 00.00’’
Petunjuk penggunaan Calculator, tekan tombol secara berurutan :
Karce Kc-186:
112 ’ ’’ 25 ’ ’’ – 39 ’ ’’ 50 ’ ’’ = Shift ’ ’’ 72 35' 00.00’’
4. Arah Ka’bah ==> tan B = cos φ x tan 21 25' : sin C – Sin φ : tan C
Petunjuk penggunaan Calculator, tekan tombol secara berurutan :
Karce Kc-186:
Shift tan ( cos (-) 07 DM’S 08 DM’S x tan 21 DM’S 25 DM’S : sin 72 DM’S 35 DM’S – sin (-) 07 DM’S 08 DM’S : tan 72 DM’S 35 DM’S ) = Shift DM’S
= 24 04' 39’’ (B – U) ==> Diukur dari arah Barat ke Utara atau 90 - 24 04' 39’’
= 65 55' 21’’ (U – B) ==> Dikukur dari arah Utara ke Barat
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa arah Kiblat untuk Kota Lamongan adalah 24 04' 39’’ diukur dari titik Barat ke Utara atau 65 55' 21’’ diukur dari titik Utara ke arah Barat
D. Metode Pengukuran Arah Kiblat
Jika perhitungan arah Kiblat sudah diperoleh (misalnya arah Kiblat untuk Kota Lamongan: 24 04' 39’’), maka pengukuran di lapangan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Dengan alat Bantu Busur Derajat
a.Pilih tempat yang datar dan rata (memakai alat Waterpass)
b.Tentukan titik Utara (U) dan Selatan (S) sejati, hubungkan sehingga menjadi sebuah garis
c.Tentukan sebuah titik pada garis U-S tersebut, misalnya titik A
d.Letakkan titik pusat Busur Derajat pada garis U-S dengan menempat angka 0 di titik U dan lengkung Busur Derajat di sebalah Barat
e.Tentukan suatu titik pada Busur Derajat tersebut, misalnya titik K, tepat pada angka sebesar derajat sudut arah kiblat tempat bersangkutan, misalnya untuk kota Lamongan pada angka 65 55' 21’’
f.Angkat kembali Busur Derajat tersebut, lalu hubungkan titik A dengan titik K. Garis A-K inilah arah Kiblat tempat tersebut.
2. Dengan Teori Segitiga Siku-Siku
a.Pilih tempat yang datar dan rata (memakai alat Waterpass)
b.Menentukan titik Utara (U) dan Selatan (S) sejati, baik dengan kompas maupun sinar matahari dengan panjang tertentu, misalnya 50 cm
c.Dari titik U (Utara) ditarik garis tegak lurus ke arah Barat, misalnya garis U-K, yang panjangnya sebesar tangens sudut arah Kiblat dikalikan panjang garis U-S itu. Untuk kota Lamongan, jika garis U-S panjangnya 50 cm, maka garis U-K panjangnya sama dengan tangens 65 55' 21’’ x 50 cm = 111.8942658 cm
Petunjuk penggunaan Calculator, tekan tombol secara berurutan :
Karce Kc-186:
Tan arah kiblat x 50

tan 65 DM’S 55 DM’S 21 DM’S x 50 = 111.8942658
d.Hubungkan titik S dan titik K dengan sebuah garis, maka garis S-K adalah garis yang mengarah ke Kiblat. Seperti pada gambar di bawah ini:




E. Titik Utara Sejati
Untuk menentukan Titik Utara sejati dapat dilakukan dengan dua cara; pertama dengan alat bantu kompas, dan kedua dengan bayang-bayang tongkat istiwa’. Cara yang paling mudah dan murah dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi adalah dengan cara bayang-bayang tongkat istiwa’. Sebab dengan cara ini hanya membutuhkan alat-alat sederhana dan berhubungan secara langsung dengan alam (sunnatullah).
Sedangkan dengan alat bantu kompas masih memerlukan koreksi-koreksi, sebab kompas sangat peka dengan bahan logam serta berhubungan dengan medan magnit. Oleh karenanya dalam menentukan titik Utara sejati memakai kompas diperlukan kecermatan tersendiri dengan alat yang disebut dengan Magnetic Variation, sebuah alat yang dapat mengkonfirmasi berapa koreksi terhadap yang harus dilakukan pada tempat yang mau diukur.
Adapun langkah-langkah menentukan titik Utara Sejati dengan cara bayang-bayang istiwa’ sebagai berikut:
Buatlah lingkaran pada bidang yang benar-benar datar dengan diameter tertentu, misalnya 25 cm. Kemudian pada titik pusat lingkaran tersebut tancapkan tongkat yang benar-benar lurus dalam keadaan tegak lurus (tongkat istiwa’) dengan panjang, misalnya 50 cm dan diameter 1 cm. Pada siang hari, amatilah bayang-bayang tongkat tersebut pada sebelum dan sesudah kulminasi (matahari pas di tenga-tengah).
Ketika ujung bayang-bayang tongkat menyentuh garis lingkaran, berilah titik pada garis lingkaran itu. Lakukan hal ini dua kali pada sebelum dan sesudahnya kulminasi. Jika kedua titik tersebut dihubungkan dengan garis lurus, maka garis tersebut adalah garis Timur-Barat. Dengan membuat garis tegak lurus pada garis Timur dan Barat inilah diperoleh garis yang mengarah ke titik Utara Sejati.
F. Posisi Matahari di atas Ka’bah
Selain dengan cara perhitungan, untuk mengetahui arah Kiblat juga dapat dilakukan dengan cara mencari bayang-bayang matahari ketika matahari di atas Ka’bah. Posisi matahari di atas Ka’bah ini terjadi ketika deklinasi (kemiringan) matahari sebesar lintang tempat Ka’bah (21 25' LU) serta ketika matahari berada pada titik kulminasi atas dilihat dari Ka’bah (39 50' BT). Hal ini terjadi pada setiap:
a.Tanggal 28 Mei (jam 11j 57m 16d LMT atau 09j 17m 56d GMT)
b.Tanggal 16 Juli (jam 12j 06m 03d LMT atau 09j 26m 43d GMT)
Apabila dikehendaki dengan waktu yang lain, maka waktu GMT tersebut harus dikoreksi dengan selisih waktu di tempat yang bersangkutan (misalnya WIB selisih 7 jam dengan GMT)
Contoh: Tanggal 28 Mei jam 09j 17m 56d GMT + 7 = 16j 17m 56d WIB
Tanggal 16 Juli jam 09j 26m 43d GMT + 7 = 16j 26m 43d WIB
Jadi pada setiap tanggal 28 Mei jam 16 : 17 : 56 WIB atau tanggal 16 Juli jam 16 : 26 : 43, WIB semua bayangan benda yang tegak lurus dipermukaan bumi menunjukkan arah Kiblat.

والله أعلم بالصواب

Bookmark the permalink. RSS feed for this post.

Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.

About

Assalamu'alaikum Ahlan Wa Sahlan Bihudzuurikum Salam hangat saling menyapa dan berbagi untuk membangun negeri . . . .

Search

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.